Rabu, 25 Mei 2011

Karamah - Jenisnya, Pembahagian, Contoh


sumber : Mengenal Tasauf & Tarekat, Ustaz Haji Ali Haji Mohamed

ANTARA KARAMAH UMAT NABI MUHAMMAD SAW.

Pertama

Dari Abu Saeed Al-Khudri, beliau berkata : “Pada suatu malam ketika Usaid ibnu Khudhair sedang membaca Al Qur’an di pekarangan rumahnya, tiba-tiba kudanya melonjak-lonjak, sampai ia menghentikan bacaannya. Kemudian ketika ia melanjutkan bacaannya lagi, anehnya, kudanya melonjak-lonjak lagi, sampai ia menghentikan bacaannya. Kata Usaid: “Maka aku takut kalau kudaku menginjak Yahya, putraku. Ketika aku berdiri, tiba-tiba aku lihat di atas kepalaku ada naungan cahaya dan ia membumbung ke atas lambat-lambat sampai menghilang dari pandanganku.

Kedua

Dari Aisyah r.a, beliau berkata :

“Abu Bakar Ash Shiddiq pernah memiliki dua puluh gantang buah kurma yang diberikan kepadaku. Ketika saat kematiannya tiba, maka ia berkata; “Wahai putriku, tidak seorang pun yang lebih kucintai dan lebih aku takuti kesusahannya darimu, dulu aku pernah berikan kepadamu dua puluh gantang buah kurma, kalau dulu telah engkau pakai, tentunya aku tak akan mempersoalkannya, tetapi pada hari ini harta itu akan jadi harta waris setelah aku tiada. Harta itu boleh engkau bagi dengan kedua saudara lelakimu dan kedua saudara perempuanmu, bagilah harta

waris itu menurut hukum Kitabullah.” Kata Aisyah: “Maka aku berkata: “Wahai ayah, kami tidak keberatan untuk membaginya, tetapi putrimu hanya Asma dan aku, maka siapakah putrimu yang lain?” Kata Abubakar: “Kini ia masih dalam perut ibunya,

yaitu Habibah binti Kharijah ibnu Zaid, kulihat, ia adalah perempuan.”

Setelah ia wafat, memang benar yang lahir adalah anak perempuan, ia diberi nama Ummu Kaltsum binti Abubakar.43

43 Hadis riwayat Malik dalam kitab Al-Muwatha’

BAGAIMANA TERJADINYA KARAMAH

Tingginya kemahuan seorang wali untuk mengabdikan dirinya kepada Allah, adakalanya menyebabkannya diberi karamah oleh Allah. Tetapi adakalanya juga tidak. Adapun pemberian karamah adalah agar seorang wali semakin menjaga dirinya, agar ia tidak salah langkah dan sikap terhadap Allah. Jiwa manusia, meskipun ia tetap satu, tetapi berbeza dalam pengkhususannya. Setiap jiwa mempunyai pengkhususan tersendiri yang tidak dimiliki oleh lainnya. Jadi pengkhususan masing-masingnya adalah fitrah. Jiwa para nabi mempunyai pengkhususan tersendiri yang mampu mengenal Allah dengan sepenuhnya dan mampu berbicara dengan para malaikat, kerana telah mendapat keizinan dari Allah. Pokoknya kemampuan mereka adalah kurniaan Ilahi dan bantuan Rabbani.44 Dalam hal ini, Ibnu Khaldun pernah berkata: “Jiwa para auliya’ mempunyai pengaruh yang erat dengan alam semesta dan hal itu merupakan bantuan dari Allah yang disesuaikan dengan kejernihan jiwa, kekuatan iman, keteguhan mereka dengan agama Allah, sehingga seorang wali tidak akan berbuat apapun, kecuali setelah mendapat perintah atau restu dari Allah. Kalau ada di antara mereka yang berbuat sesuatu tanpa izin dari Allah, maka karamahnya segera ditarik oleh Allah.”45

44 Mukaddimah Ibnu Khaldun, jilid III hal 1148

45 Mukaddimah Ibnu Khaldun jilid III hal 1148

JENIS-JENIS KARAMAH

1. Pemberian

Karamah jenis ini, termasuk karamah yang tertinggi, sebab terjadinya kerana pemberian Allah kepada seorang tanpa diminta lebih dulu.

2. Usaha Sendiri

Karamah jenis ini termasuk karamah yang diusahakan, misalnya terkabulnya sebuah doa seorang wali.

PEMBAHAGIAN KARAMAH

Pertama : Karamah Hissiyyah

Iaitu karamah yang dapat dirasa dan dilihat dengan mata, seperti dapat berjalan di atas air atau dapat terbang di udara.

Kedua : Karamah Ma’nawiyyah

Iaitu Istiqamahnya seseorang untuk mengabdi kepada Tuhannya, baik secara zahir maupun batin. Karamah macam ini banyak diharapkan para wali-wali Allah. Kata mereka: “Istiqamah lebih baik dari seribu karamah.”

Syeikh Abul Abbas Al Mursi pernah berkata: “Seorang wali besar, bukanlah seorang yang dapat memperdekatkan jarak yang jauh. Yang termasuk wali besar adalah seorang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya di hadapan Tuhannya.”46

Jika seorang wali hanya berharap mendapat karamah, maka wali itu tidak termasuk wali yang berperingkat tinggi. Ibnu Athaillah pernah berkata: “Kemahuan yang tinggi tidak sampai menembusi tembok-tembok takdir.”47 Maksud ucapan itu adalah karamah tidak akan bertentangan dengan ketetapan takdir. Sebab, semua yang terjadi di alam semesta, baik yang biasa mahupun yang luar biasa sumbernya dari takdir Allah swt. Pada umumnya, kemahuan seorang wali tidak akan bertentangan dengan takdir Allah.

Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Adakalanya seorang hina yang biasa ditolak bila mengetuk pintu orang, namun jika ia berdoa, pasti terkabul.”48

46 Lathaiful Minan

47 Syarah Al Hikam

48 Hadis riwayat Muslim

Di lain kesempatan Rasulullah saw bersabda:

“Takutlah kamu dengan firasat seorang mukmin, sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.”49

49 Hadis riwayat Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Adi dan An Najar di dalam kitab At Tarikh

Tiada ulasan:

Catat Ulasan