Rabu, 6 November 2013

Ziarah Makam Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri

Assalamu'alaikum,

Selepas ziarah Makam Empang Bogor dan anak muridnya, hamba ke Makam  Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Jaraknya tidak jauh dalam 3-5 minit menaiki motorsikal. Ada seorang wanita ada di kawasan pemakaman ketika hamba sampai. Beliau yang menunjukkan tempatnya. Apabila sampai ke sini, azan Asar kedengaran. Makam Tok Peramu, Makam Sultan Mahmud Badaruddin    merupakan antara makam yang hamba sampai dan 'disambut' dengan azan. Apa maksudnya, hamba pun tidak tahu. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Wassalam.



Ini makamnya




Pintu pagar


sumber : internet
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dimakamkan di TPU Lolongok, di Jalan Lolongok, Bogor, Jawa Barat. Berjarak 200 Meter dari makam guru Beliau, Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas (Habib Empang Bogor). Makam beliau sangat asri dan nyaman untuk membaca doa karena terdapat alas karpet. "Banyak peziarah yang datang kesini", ujar seorang Ibu tua yang menjadi penjaga makam. 

Wali Allah yang mengajar tanpa kenal lelah, sederhana, ikhlas, selalu mementingkan kesederhanaan dan disiplin. Kedisiplinan Beliau tidak hanya dalam hal mengajar, tapi juga dalam soal makan. “Walid tidak akan pernah makan sebelum waktunya. Dimanapun ia selalu makan tepat waktu.” tutur Habib Ali bin Abdurrahman, putra Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Mengenai keikhlasan dan kedermawanannya, beliau selalu siap menolong siapa saja yang membutuhkan bantuannya.

Ketika masih menjadi pelajar, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri mejadi murid kebanggaan dan disayang oleh para guru. Beliaulah satu-satunya murid yang sangat menguasai tata bahasa Arab dan acuan bagi murid lain. Tata bahasa Arab adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab-kitab klasik yang lazim disebut “kitab kuning”. Setelah menginjak usia dewasa, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dipercaya sebagai guru di madrasahnya. Disinilah bakat dan keinginannya untuk mengajar semakin menyala. Beliau menghabiskan waktunya untuk mengajar dan tidak hanya piawai dalam ilmu-ilmu agama, tapi juga melatih bidang-bidang yang lain, seperti melatih kelompok musik ( dari seruling sampai terompet ), drum band, bahkan juga baris-berbaris.


Peristirahatan Terakhir Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri 

Salah satu kisah mengenai karomah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri adalah ketika beliau membuka Majlis Taklim Al-Buyro di Parung Banteng Bogor sekitar tahun 1990. Sebelumnya sangat sulit mencari sumber air bersih di Parung Banteng Bogor. Ketika membuka majlis Taklim itulah, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri bermunajat kepada Allah swt selama 40 hari 40 malam, mohon petunjuk lokasi sumber air. Pada hari ke 41, sumber belum juga ditemukan. Maka Beliau meneruskan munajatnya. Tak lama kemudian, entah darimana, datanglah seorang lelaki membawa cangkul. Dan serta merta ia mencangkul tanah dekat rumah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Setelah mencangkul, ia berlalu dan tanah bekas cangkulan itu ditinggal, dibiarkan begitu saja. Dan, subhanallah, sebentar kemudian dari tanah bekas cangkulan itu merembeslah air. Sampai kini sumber air bersih itu dimanfaatkan oleh warga Parung Banteng, terutama untuk keperluan Majelis Taklim Al-Busyro. 

Pintu Masuk TPU Lolongok

Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri mempunyai putra dan putri 22 orang; diantaranya Habib Muhammad, pemimpin pesantren di kawasan Ceger; Habib Ali, memimpin Majelis Taklim Al-Affaf di wilayah Tebet; Habib Alwi, memimpin Majlis Taklim Zaadul Muslim di Bukit Duri; Habib Umar, memimpin pesantren dan Majlis Taklim Al-Kifahi Ats-Tsaqafi di Bukit Duri dan Habib Abu Bakar, memimpin pesantren Al-Busyro di Citayam. Hal ini sesuai dengan pesan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri yang menekankan bahwa dirinya tidak mau meninggalkan harta sebagai warisan untuk anak-anaknya. Beliau hanya mendorong anak-anaknya agar mencintai ilmu dan mencintai dunia pendidikan. Beliau ingin kami konsisten mengajar, karenanya beliau melarang anaknya melibatkan diri dengan urusan politik maupun masalah keduniaan, seperti dagang, membuka biro haji dan sebagainya




Tiada ulasan:

Catat Ulasan