TOPIK

Aidil Fitri (1) Air Kolah (9) Akhir Zaman (3) Aktiviti Ilmiah (1) Al-Quran (4) Alam (13) Alam Ghaib (5) Aldil Fitri (1) Allah wujud tanpa bertempat (15) Amal Soleh (3) Anti Hadis (1) Aqidah (17) ASWJ (63) Bab Munakahat (4) Bab Sihir (3) Bab Tauhid (9) Bahasa Melayu (6) Bahaya Syiah (7) Bertabarruk (2) Bid'ah (8) Bidaah Hasanah (7) Bulan Ramadhan (18) Bulan Rejab (1) Bulan Zulhijjah (1) Cintai DIA (1) Cuti-Cuti Malaysia (89) Doa (1) Dosa Besar (1) Ekonomi Islam (5) Fadilat Al-Quran (4) Fiqh (3) Futuhul Ghaib (1) Futuhul Makkiyyah (3) guru (2) Guru Mursyid (6) Guru Tariqat (6) Hadis Dhaif (6) Hadis Maudhu' (1) Hadis Nabi (14) Hakikat (1) Hari Kemudian (1) Hotel Islam (1) Hukum Berkaitan Zikir (9) Ibadat Haji (6) Ibnu Taimiyyah (16) ilmu kebatinan (5) Ilmu Laduni (1) ilmu persilatan (2) Imam Malik (1) Insan Kamil (1) Israk Mikraj (10) Istanbul (17) Isu Halal (2) Isu Kalimah Allah (4) Isu Khilaf (25) Isu Khilafiah (29) Isu Semasa (4) Isu Wahhabi (97) Jalan-Jalan (128) Jihad Ekonomi (34) Jom Makan (16) Karamah (2) kebenaran (5) Kesultanan Melayu (7) Kewangan dan Perbankan Islam (1) Khatamun Nubuwwah (2) Kisah Mualaf (28) Kisah Nabi (2) Koleksi (2) Kosong (2) Kurma (1) Lagu (1) Lailatul Qadar (14) Makam Sultan (5) Makam Sultan/Raja Melayu (7) Makam Wali Allah (43) Makhluk Halus (1) Makrifat (1) Masjid (41) Masjid Lama (24) Masjid Utama (29) Maulidur Rasul (23) Mekah (2) Melayu (14) Merdeka (1) Misteri (10) motivasi (1) Mukasyafah (2) Mutasyabihat (7) Nabi Ibrahim A.S. (1) Nabi Khidir A.S. (14) Nabi Musa A.S. (1) Neraka (1) Nisfu Syaaban (17) nostalgia (1) Nur Muhammad (6) Nuzul Quran (3) Pahlawan Islam (2) Pahlawan Melayu (10) Pelancongan Tanah Tinggi (4) pengumuman (7) Penyakit (1) Perubatan Islam (2) Perubatan tradisional (1) Petua (2) Puasa Ramadhan (18) Puasa Sunat (2) Pulau Besar (18) Putrajaya (3) Rabitah (1) Rahmat Allah (1) Rawatan Islam (1) rekreasi (21) Rezeki (1) RSAW (11) Rumahku Syurgaku (4) Sajak (6) Sedekah (1) Sejarah Melayu (6) Selawat (7) Senibina Islam (8) Sifat 20 (2) Solat (8) Solat Sunat (9) Sumpah (1) Sunnah RSAW (9) Tamadun Islam (8) Tariqat (7) Tasawuf (23) Tawassul (5) Tulisanku (311) Ulamak Islam (7) Ulamak Nusantara (20) Ulamak Tanah Melayu (16) Universiti (3) Usahawan Muslim (9) Usuluddin (1) Wahhabi dan Keganasan (9) Wali Allah (50) Wali Melayu (22) Wali Songo (10) Youtube (1) Zakat (13) Zakat Fitrah (4)

Rabu, 9 November 2011

Pengumuman 9 November 2011 / 13 Zulhijjah 1432

Assalamu'alaikum,

Atas sebab tertentu, hamba tidak akan mengemaskini blog ini buat sementara waktu. Insya-Allah, hamba akan mengemaskini blog ini semula apabila hamba telah menyelesaikan suatu perkara. Semoga para pembaca sentiasa berada dalam rahmat Allah taala.

Wassalam.

Rabu, 2 November 2011

Petua Perkahwinan

sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=141918529239595&id=528113294


TIP PERKAHWINAN

1. KETIKA MENCARI CALON
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah.

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, kerana anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI kerana menyia-nyiakan do’a mereka.

5. KETIKA MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sedarilah bahawa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.

7. KETIKA RUMAH TANGGA GOYANG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK
Cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10. KETIKA EKONOMI KELUARGA MERUDUM
Yakinlah bahawa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.

11 .KETIKA EKONOMI BERKEMBANG
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.

12. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggungjawab apabila isteri memerlukan pertolongan Anda.

13. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemalai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

Siapakah Nabi Daniel atau Danial?



Lalu siapa Nabi Daniel ini? Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) menuturkan, bahwa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.

Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.

Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.

Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkan dan mengagetkannya. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mengartikan mimpinya tadi.

Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Di panggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.

Nabi Daniel dengan sangat jelas mengartikan mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru pribadi Bakhtashir.

Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sehat tidak kurang sedikitpun.

Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, yaitu bahwa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.

Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahwa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk pipis, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.
Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk pipis. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.

Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.

Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.

Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya.

Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.

Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangun sebuah mesjid, bernama Masjid Nabi Daniel..,,

Nabi manusia istimewa



Nabi manusia istimewa

MESKIPUN para nabi dari kalangan manusia yang juga makan, minun, menikahi perempuan, berjalan-jalan di pasar-pasar, terdedah kepada gejala-gejala penyakit yang biasa dialami oleh manusia biasa seperti lemah, tua dan juga kematian, tetapi sesungguhnya mereka berbeza dengan pelbagai keistimewaan dan sifat-sifat agung serta mulia. 

Sifat-sifat itu pula merupakan suatu yang amat lazim dan penting bagi mereka. Sifat-sifat mulia tersebut, secara ringkasnya adalah seperti siddiq (jujur), tabligh (menyampaikan), amanah, fathonah (bijaksana), bebas daripada keaiban yang membuatkan manusia lari daripadanya dan ismah (terpelihara daripada melakukan dosa).

Perbincangan tentang sifat-sifat dan keistimewaan penghulu segala rasul, Muhammad SAW adalah untuk membuktikan bahawa walaupun baginda adalah manusia tetapi sekali-kali tidak sama dengan manusia biasa. Kerana kesuntukan ruang, kita hanya akan menyentuhnya dengan ringkas sahaja.

l Rasulullah SAW melihat orang yang di belakangnya seperti melihat orang yang berada di hadapannya.

Diriwayatkan oleh al-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim) daripada Abu Hurairah, bahawa Rasulullah SAW bersabda: Adakah kamu dapat melihat Kiblatku di sini? Demi Allah! Rukuk dan sujud kamu tidak sekali-kali terselindung daripada penglihatanku. Sesungguhnya aku melihat kamu dari belakangku.
l Rasulullah SAW melihat dan mendengar apa yang kita tidak dapat lihat dan dengar.

Daripada Abu Zar berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku dapat melihat apa yang kamu tidak lihat dan aku mendengar apa yang kamu tidak dengar. Langit merintih dan memang ia mempunyai hak untuk merintih. Tidak ada padanya (langit itu) walau selebar empat jari melainkan ada malaikat meletakkan dahinya sujud kepada Allah. Demi Allah! Sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, pasti kamu akan sedikit ketawa dan banyak menangis, kamu tidak akan bersedap-sedap dengan isteri-isteri di atas ranjang dan kamu pasti akan keluar menuju ke jalan-jalan untuk tunduk memohon pertolongan kepada Allah". 

l Nabi Muhammad SAW terpelihara daripada menguap
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam al-Tarikh, dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Musannaf, serta Ibnu Sa'ad daripada Yazid ibn al-Asom, berkata: "Nabi Muhammad SAW tidak pernah menguap sama sekali."

l Peluh nabi SAW yang mulia
Imam Muslim meriwayatkan daripada Anas berkata: Rasulullah SAW pernah datang kepada kami lalu tidur sebentar (qailulah) di tempat kami. Baginda SAW berpeluh (semasa tidur). Ibuku datang membawa sebuah botol kaca lalu menadah peluh Rasulullah SAW yang mengalir itu. Rasulullah SAW pun terjaga lalu bersabda, "Wahai Ummu Sulaim! Apakah yang engkau lakukan?" Dia menjawab: "Peluh ini akan kita jadikan minyak wangi kita, ia adalah wangian yang paling harum!" 

l Ketinggian Rasulullah SAW
Diriwayatkan oleh Ibnu Khaithamah di dalam Tarikhnya, Imam Baihaqi dan Ibnu 'Asakir, daripada Aisyah r.ha, beliau berkata:

"Rasulullah SAW tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah. Baginda SAW kelihatan berperawakan sederhana jika berjalan sendirian. Tiada seseorang yang berjalan bersama Rasulullah SAW (kelihatan) lebih tinggi, melainkan Baginda SAW melebihi ketinggian mereka. 

"Jika ada dua orang lelaki yang tinggi bersamanya, Baginda SAW tetap kelihatan lebih tinggi daripada mereka. Tetapi, jika mereka berpisah darinya, Rasulullah SAW kelihatan berketinggian sederhana." 

l Bayang-bayang Rasulullah SAW
Al-Hakim al-Tirmizi meriwayatkan daripada Zakwan: "Sesungguhnya Rasulullah SAW itu tidak mempunyai bayang-bayang sama ada ketika berada di bawah sinar matahari, mahupun bulan." 

l Terhindar daripada lalat
Al-Qadhi 'Iyadh menyebut di dalam al-Syifa, dan al-'Azafi dalam Maulidnya: "Di antara keistimewaan Nabi Muhammad SAW, lalat tidak pernah menghinggapi baginda."

Ia juga disebutkan oleh Ibnu Sabu' dalam al-Khasa'is, dengan lafaz: "Sesungguhnya lalat tidak pernah hinggap pada pakaiannya."

Beliau menambah: "Sesungguhnya di antara keistimewaan Rasulullah SAW, kutu tidak pernah menggigitnya."

l Darah Rasulullah
Diriwayatkan oleh al-Bazzar, Abu Ya'la, al Tabrani, al Hakim dan al Baihaqi daripada Abdullah ibn al Zubair: "Bahawa dia pernah datang menemui Rasulullah SAW ketika sedang dibekam. Setelah selesai dibekam, Rasulullah SAW pun bersabda, "Wahai Abdullah! Pergilah kamu dengan membawa darah ini dan buanglah ia di suatu tempat yang tiada sesiapa pun melihat kamu."

Tetapi dia meminum darah itu. Apabila pulang, Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Abdullah! Apakah yang telah kamu lakukan (terhadap darahku itu)?" 

Jawabnya: "Aku telah meletakkannya di tempat yang tersorok yang aku ketahui ia sememangnya tersembunyi daripada pengetahuan orang." 

Rasulullah SAW bersabda: "Kemungkinan kamu telah meminumnya". Kataku, "Ya!" Rasulullah SAW bersabda: "Celakalah manusia daripada kamu dan terselamatlah kamu daripada manusia."

Maka mereka berpendapat kekuatan Abdullah r.a adalah disebabkan dari darah yang diminumnya itu.

l Tidur Rasulullah SAW
Dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim, daripada Sayyidah Aisyah bertanya kepada baginda: "Wahai Rasulullah! Adakah kamu akan tidur sebelum solat witir? 

Maka jawab Rasulullah SAW: "Wahai Aisyah! Kedua mataku tidur tetapi hatiku tidak tidur".

Kesimpulan yang kita perolehi dalam perbincangan ini, ternyata keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah sangat banyak. 

Tidak dinafikan bahawa sebahagian hadis yang dipetik dalam bab ini diperselisihkan oleh ulama, kerana sebahagian mereka menilai bahawa hadis-hadis mengenainya adalah sahih dan sebahagian ulama yang lain melihat ia tidak sahih. 

Oleh yang demikian, ia termasuk di dalam permasalahan khilafiah. Tetapi jika dinilai secara menyeluruh masih tidak menafikan kesimpulan bahawa Nabi kita dan para nabi adalah manusia-manusia yang istimewa dan bukannya manusia biasa.

Peranan dan Sumbangan Ulama Kedah Silam : Suatu Sorotan





sambungan
Peranan dan Sumbangan Ulama Kedah Silam :
Suatu Sorotan

oleh: Dato' Haji Wan Shamsuddin b. Mohd. Yusof

 Sejak dari awal lagi, melalui 8 buah pusat pentadbiran yang sentiasa berubah-ubah sepanjang 867 tahun di bawah pemerintahan 28 orang sultan, syiar islam terus berkembang dengan meluasnya di Kedah melalui para ulama yang bukan sahaja sebagai pendakwah malah ada diantara mereka bertugas selaku penasihat kepada pemerintah.

Sebagaimana negeri-negeri Melayu lain di nusantara ini, pada peringkat awal kemunculan golongan ulama di Kedah adalah berasal dari luar terutamanya Yaman dan Hejaz di Arab Selatan. Pada abad kesembilan belas ramai diantara mereka yang berasal dari negeri-negeri Melayu lain berhijrah dan tinggal menetap di Kedah. Dari Patani misalnya terdapat ulama Tuan Sheikh Jarum (Tuan Haji Wan Idris bin Wan Jamal) Derga, Tuan Haji Mat Noor Abu Bakar, Langgar, Haji Ismail Che Dol dan Pak Chu Him, Gajah Mati Pendang dan Haji Yaakob Abdul Rahman, Kampung Kemelong, Sik. Ada yang berasal dari Kalimantan dari keturunan ulama besar, Syeikh Muhammad Arshad Al-Banjari seperti Tuan Muhammad Taib Al-Mas'udi Al-Banjari, Titi Gajah dan cucunya Tuan Hussain Kedah, sementara Teuku Badi'ul-Hafiz dan Teuku Arsyad atau Teuku Di Balai (Bale) ulama dari Acheh pula menetap di Yan.

Golongan ulama tempatan rata-ratanya mendapat pendidikan awal di negeri sendiri atau di Kelantan, Terengganu dan Patani sama ada sebelum atau sesudah menuntut di Mekah atau Madinah atau di pusat-pusat pengajian tinggi di India, Pakistan, Iraq dan Mesir. Kemunculan ulama silam sering dikaitkan dengan institusi pengajian dan perkampungan pondok yang diasaskan atau diterokai mereka yang sejarah pertumbuhannya bermula semenjak pertengahan abad ke sembilan belas lagi dan iannya berterusan sehinggalah menjelangnya kemerdekaan negara. Prof. Ishak Mohd. Rejab memberikan sebab-sebab ramainya kelahiran ulama di Kedah yang antara lain menurutnya disebabkan keadaaan penduduknya terdiri daripada para pesawah yang menyumbangkan kepada pendidikan agama di negeri ini dan seterusnya melahirkan cerdik pandai agama daripada anak tempatan. Jadi kesinambungan usia pondok yang diwujudkan oleh para ulama selama beberapa tahun itu terus berkembang subur disebabkan tuan-tuan guru dan murid-muridnya bergantung hidup pada sawah sebagai pesawah atau hidup kerana zakat dan sumbangan dari hasil sawah. (Prof. Ishak M.Rejab, "Peranan Ulama Dalam Masyarakat Di Kedah",1981:hal. 18).

Satu lagi yang tidak kurang pentingnya ialah faktor keamanan dan keselamatan yang lebih terjamin di bawah pemerintahan Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah (1854-1879) dan sultan Abdul Halim Shah (1882-1943). Kedua-dua tokoh pemerintah ini adalah perntis kearah pembangunan dan pemodenan Kedah yang merestui pembukaan perkampungan pondok-pondok agama di seluruh negeri. Keamanan dan kestabilan politik setelah kedah bebas dari kekejaman pemerintahan tentera Ligor/Siam (1821-1841) juga mendorong kepada penghijrahan ulama-ulama Patani ke Kedah yang tidak sanggup menderita di bawah pentadbiran Siam seperti yang berlaku kepada keluarga ulama Tuan Haji Ishak Muhammad Hashim, Pulau Pisang (1771-1871) dan Tok Syeikh Jarum, Derga (1849-1911).

Terdapat juga penghijrahan ulama-ulama Kedah ke negeri lain seperti Tuan Haji Shafie Mohd Amin dari Merbok yang muncul sebagai salah seorang ulama besar Terengganu dengan perkampungan pondoknya di Losong (1862-1945). Sementara itu, Haji Shafie atau 'Tok Shafie' dari Telok Bagan pula akhirnya muncul sebagai ahli Sufi Mekah yang terkenal (Muhammad Abu Bakar, Ulama Terengganu, Suatu Sorotan, 1991: hal.33-34).

Mengenai para pelajar yang menuntut di perkampungan pondok di seluruh Kedah pada zaman kegemilangannya di samping mereka yang bermastautin di Kedah, ramai pula yang berasal dari negeri-negeri lain di Malaysia, Indonesia, Selatan Siam dan Kemboja. Berdasarkan buku pendaftaran pelajar yang memasuki pondok Tuan Guru Haji Hussain Haji Salleh (Dato) berhampiran Makam Diraja Langgar, tercatat seramai 182 orang yang menuntut di situ antara tahun 1936-1940.dari jumlah itu terdapat 59 orang anak tempatan Kedah, 24 orang dari Negeri Sembilan, Perak 11, Selangor 7, Pahang 7 Johor 7 dan Melaka 1. Pelajar dari Indonesia pula berjumlah 66 orang.paling ramai dari daerah Jambi iaitu 37 orang, diikuti Kampar 14, Batang Hari 3, Aceh 3, Kota Chanai 3, Alas 2, Rawa 1, Selat Panjang 1, Perigi Raja 1, Sumbawa 1.
Sejarah membuktikan betapa akrabnya hubungan antara pemerintah dan para ulama sejak awal lagi. sultan yang disifatkan sebagai "Zillallahufil-'alam'" atau bayangan Tuhan di dunia ini sering kali memerlukan nasihat dari para ulamanya dalam menangani sesuatu masalah dan urusan-urusan berkaitan dengan pentadbiran negeri. Misalnya pada zaman Sultan Sulaiman Shah (1602-1619) di Kota Siputih, baginda bersetuju dengan nasihat muftinya, Syarif Aznan yang berasal dari Hejaz mengenai cara menghindar serangan dari Aceh. Di zaman Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah (1854-1879) amalan bermesyuarah itu berterusan.

Muhammad Hassan dalam bukunya menegaskan : "Apakala ada suatu pekerjaan yang besar-besar hendaklah dilaksanakan maka duli baginda bermaufakat dengan Wan Ibrahim dan Wan Ismail dan Syed Abdullah Al-Jafri dan Tuan Haji Muhammad Taib,Mufti dan Tuan Haji Muhammad Salleh,Ulama (Wan Shamsuddin "Sultan dan Ulama Berhubung Akrab", Warta Darul Aman, Januari 1993:hal.9), dan Muhammad Hasan, hal.332).

Ulama silam turut membantu menghasilkan karya-karya yang bersifat keagamaan dan perundangan. Misalnya kitab perundangan terawal, "Hukum Kanun atau Undang-undang Kedah" telah dihasilkan pada zaman Sultan Rijaluddin Muhammad Shah (1626-1652) di Kota Naga dan pada zaman Sultan Dhiauddin Mukarram Shah (1662-1688) sewaktu bersemayam di Kota Palas, pada tahun dal, bulan Rabiulawal 1078 Hijrah (1667 Masihi)sebuah lagi kitab perundangan berjudul "Tembera Dato' Seri Paduka Tuan" telah disusun oleh Syeikh Alauddin. Salah sebuah karya Ilmu Tauhid terawal telah dihasilkan di Kota Siputih pada bulan Rabiulawal 1032 Hijrah (Januari 1622) oleh Ahmad Aminuddin Al-Qadhi. Zaman itu juga Kerajaan Aceh telah menghadiahkan kepada Kerajaan Kedah dua buah kitab berjudul "Sirutul-Mustaqim" dan "babun Nikah" karya pujangga dan ulama besar Aceh iatu Syeikh Nuruddin Ali Al-Raniri (hikyat Merung Mahawangsa, Pulau Pinang, 1899:hal 19).

Di bidang penulisan yang mencakupi segala akspek mengenai agama Islam, berkembang subus hingga ke hari ini. Antara ulama silam yang begitu profilik dalam menghasilkan karya termasuklah Tuan Haji Muhammad Al-mas'uid Al-banjari, Titi Gajah (1850-1900),Haji Wan Sulaiman Wan Sidik, Limbong Kapal (1874-1935),Tuan Haji Muhammad Said Muhammad Taib, Yan (1877-1862), Tuan Haji Muhammad Al-Minangkabauwi, Seberang Perak (1874-1961), Tuan Haji Abdullah Muhammad Saad, Setul (1890-1986), Tuan Haji Muhammad Salleh,Pulau Pisang (1894-1945), dan Tuan Haji Muhammad Abas Nisution, Tanjung Pauh (1912-1987).
Ulama silam juga turut berjuang untuk membebaskan Kedah dari belenggu penjajahan tentera Lingur /Siam (1821-1841) dalam mempertahankan kesucian agama Islam. Kemuncak perjuangan itu berlaku dalam tahun 1838-1839 di bawah pimpinan Tunku Muhammad Saad Tunku daud bersama 10 ribu pejuang yang akhirnya Kedah dapat dibebaskan untuk sementara waktu. Turut terlibat dalam peperangan itu ialah Syeikh Abdul Qadir, Mufti Kedah dan saudaranya Syeikh Abdul Samad Al-Falembani (Palembang). Syeikh Abdul Samad gugur syahid di Hadyai, selatan Thailand.

Gerakan rakyat Kedah untuk membebaskan diri dan negara dari penjajahan Inggerish selepas tamatnya Perang Dunia Kedua bermula dengan peristiwa penentengan terhadap Malay Union. Ketika itulah lahirnya Persatuan Ulama Kedah dan Kesatuan Melayu Kedah pimpinan Tuan Haji Hussain Che Dol di samping ulama lain seperti Tuan Syeikh Abdul Halim Usman (Dato'), Tuan Haji Abdul Rahman Haji Abdullah, Merbok (Dato' Murshid DiRaja), Syeikh Salleh Shamsudin, Tuan haji Ismail Haji Said dan lain-lain.

Satu-satunya sudut kehidupan para ulama silam yang sering diperkatakan ialah ada di antara meraka memiliki sifat-sifatluar biasa yang dikaitkan pula dangan unsur kekeramatan. Di Kedah Misalnya, tokoh-tokoh seperti Tuan Haji Hussain Che Dol,Tuan haji Yahya Taha, Kupang dan Tuan Haji Wan Abdul Saman Wan Nik, Pokok Sena dikatakan amat digeruni musuh-musuh Islam terutamanya di waktu kebangkitan dan kemaharajalelaan ahli-ahli Bintang Tiga di Zaman Darurat dahulu (1948-1960).

Sebilangan para ulama silam juga adalah pelopor perancangan luar bandar. Serentak dengan penerokaan perkampungan pondok,mereka juga mengadakan berbagai projek kemudahan masyarakat setempat. Misalnya pembinaan titi atau jambatan oleh ulama Tuan Haji Idris di Kampung Titi Haji Idris dan pembinaan jalan raya terawal dari Pendang ke Sungai Tiang dalam Daerah Pendang oleh ulama Tuan Haji Ahmad Rabat (Rubat), Chegar, Pendang, Kedah (Wan Shamsudin, "Biografi Ulama Kedah Darul Aman, 1996: hal. 11-12)

Hikmah wuquf di Arafah


Hikmah wuquf di Arafah



WUQUF di Arafah adalah antara simbol menunjukkan perpaduan dan kesatuan umat Islam walaupun berlainan warna kulit dan bangsa.


PARA fuqaha bersepakat ibadah wukuf di Padang Arafah telah ditentukan dengan masa dan waktu yang jelas iaitu pada hari kesembilan Zulhijjah setiap tahun. Ia bermula daripada waktu gelincir matahari (zuhur) sehingga sebelum waktu fajar (subuh) pada hari kesepuluhnya. 

Ia tidak sah jika diganti oleh orang lain. Sesiapa yang sempat berwuquf pada waktu tersebut, dia memperolehi ibadat haji, manakala yang tidak sempat berwuquf dia pasti tidak akan mendapat haji tersebut. 

Justeru, ibadat wuquf merupakan tiang asas kepada haji dan nadinya. 

Para jemaah haji akan bertemu sesama mereka di Padang Arafah untuk menunaikan ketaatan kepada Allah. Pada masa yang sama, perhimpunan itu juga mengingatkan umat Islam bahawa mereka adalah umat yang satu.

Taraf mereka adalah sama sahaja di sisi Allah SWT melainkan bagi orang yang meningkatkan amalan ketaqwaan dan ketaatan yang banyak kepada Allah SWT. 

Mereka sewajarnya bekerjasama di dalam mempertingkatkan kesedaran diri di dalam menegakkan suara kebenaran, bertolong-tolongan melakukan kebaikan dan berusaha kuat di dalam mempertahankan keimanan dan keyakinan terhadap agama dan nilai kemanusiaan.

Setiap tahun umat Islam yang menghadiri perhimpunan ini akan mengingati dan merenungi pertemuan seumpamanya yang telah dihadiri sendiri oleh Rasulullah SAW di samping mengetuai dan memimpinnya. 

Mereka seolah-olah berada di dalam kelompok ratusan ribu para sahabat yang membanjiri Padang Arafah untuk sama-sama menjejaki cara ibadat haji yang dikerjakan oleh nabi SAW yang dikenali sebagai Hajjatul Wada'

Di sanalah Allah SWT menurunkan ayat tentang ketuanan agama Islam dan penerimaan-Nya terhadap wadah yang dibawanya (rujuk al-Maidah: 3)

Di situlah juga nabi SAW yang sedang menaiki unta, berdiri di antara bongkah batu-batu besar di kaki Jabal Arrahmah memberi peringatan, nasihat dan amanat kepada para jemaah haji ketika itu.

Baginda SAW mengajak mereka berpegang kepada tali agama Allah dan menyatakan kerugian akibat perpecahan sesama sendiri, menerangkan tentang dasar-dasar keunggulan agama dan peranan umat yang bakal bertanggungjawab terhadap penyebaran risalah keamanan kepada sekelian manusia.

Baginda SAW di dalam khutbahnya (pada 9 Zulhijjah tahun ke-10 Hijrah) turut menjelaskan dasar-dasar agama Islam, menghapuskan ciri-ciri kesyirikan dan jahiliah, menyatakan tentang kehormatan darah manusia, harta dan maruah mereka di samping pengharaman menumpahkan darah, merampas harta dan menjatuhkan maruah sebagaimana yang disepakati oleh kesemua ajaran agama langit. 

Turut dijelaskan di dalam khutbahnya tentang amalan berhubung dengan perkara jahiliah yang telah dihapuskan. Baginda SAW juga mengharam dan membatalkan perbuatan riba, selain memberi amanat dan wasiat kepada kaum lelaki (suami) supaya memelihara wanita (isteri), di samping menyatakan tanggungjawab dan hak-hak yang perlu dilaksanakan untuk kebaikan mereka seperti pemberian makanan dan pakaian dan menjelaskan tanggungjawab para isteri untuk ditunaikan terhadap para suami mereka.

Khutbah haji wada'
Antara sabda Baginda SAW : "Sesungguhnya darah dan harta sesama kamu adalah mulia dan haram (dicerobohi) seperti mulianya hari ini (Arafah), bulan ini (Zulhijjah) dan negeri ini (Mekah). Ketahuilah bahawa setiap perkara jahiliah diletakkan di bawah kakiku ini (dibatalkan). Segala tuntutan (bayaran) darah di zaman jahiliah dahulu juga dibatalkan. 

"Tuntutan darah pertama yang dibatalkan adalah tuntutan darah anak kepada Rabi'ah bin Al-Harith yang telah menyusu di kampung Bani Saad yang kemudianya dibunuh oleh Huzail. 

"Tuntutan terhadap harta riba di zaman jahiliah juga dibatalkan, tuntutan pertama yang dibatalkan adalah harta riba yang menjadi hak kepada Al-Abbas bin Abdul Muttalib, kesemuanya telah dibatalkan. 

"Takutilah kamu kepada Allah dalam (menguruskan) para wanita (isteri), kerana kamu mengambil mereka (sebagai isteri) dengan amanah (yang diwajibkan oleh) Allah serta kamu dihalalkan untuk mereka dengan kalimah Allah (akad nikah). 

"Adalah menjadi kewajipan mereka (wanita) tidak membenarkan sesiapa pun yang kamu tidak gemari duduk di hamparan (masuk ke rumah) kamu. Jika mereka melakukan demikian (memberi keizinan untuk orang lain) maka kamu pukulilah mereka dengan pukulan yang tidak mencederakan. 

"Kamu hendaklah memberikan perbelanjaan rezeki dan pakaian untuk mereka dengan cara yang baik. Daku tinggalkan untuk kamu suatu perkara yang kamu tidak akan sesat sekiranya kamu berpegang dengannya iaitu Kitab Allah (al-Quran)".

Dengan khutbah yang amat padat itu, nabi SAW menggariskan umat Islam dasar perjalanan yang berketerampilan dan membawa kepada ketamadunan manusia yang sewajibnya diikuti dan dituruti sepenuhnya dengan rasa kemulian dan penuh bangga. 

Kesemua itu demi menjaga segala peraturan dan tanggungjawab yang telah diamanahkan untuk dipikul di atas bahu mereka. Pelaksanaan terhadapnya pasti menjadi umat berdaya saing untuk terus maju sejajar dengan dasar kemanusiaan dan kemaslahatan sejagat yang berpaksikan kebenaran, kesaksamaan dan keadilan. 

Isi khutbah di atas menjelaskan bagaimana ketamadunan palsu umat terdahulu yang menyimpang jauh daripada tuntutan nilai kemanusiaan yang telah dihidupi oleh generasi awal, yang menjauhi petunjuk ilahi, dan akhirnya membawa kepada kecelakaan dan malapetaka yang amat dahsyat kepada mereka yang meruntuninya.

Ketamadunan terdahulu yang tersasar daripada prinsip agama dan akhlak, menjual segala asas budi pekerti untuk dilelong di pasar-pasar perdagangan dan kilang-kilang pengeluaran bahan.

Insan telah dimanipulasi untuk menjadi ganas dan gasar, membentuk jiwa yang sentiasa menginginkan penumpahan darah dan merampas harta orang lain. 

Oleh sebab itu, kemajuan setempat walaupun amat menarik dan mengagumkan pada pandangan mata, ia pasti tidak dapat dinikmati dalam keadaan jiwa yang tenang dan hati yang tenteram bahkan segala kegusaran dan penderitaan terus menerus menghantui minda dan jiwa raga manusia setempat. 

Rasulullah SAW 'seolah-olah' pada hari Arafah tersebut ditunjukkan keadaan umat mendatang setelah zaman baginda yang berada dalam keadaan perpecahan dan perseteruan yang amat berkecamuk. 

Tiada penyatuan di kalangan mereka, silih berganti generasi yang datang dan pergi tetapi ia sama tanpa penambahbaikan, permasalahan masih tidak dapat diselesaikan, kesulitan dan kecelaruan yang menimpa tiada tindakan dan kajian terperinci yang boleh mengatasinya.

Justeru, sampailah ketika dan saatnya di mana umat Islam sewajibnya menyedari dan memahami makna kefarduan haji ini.

Ibadat haji bukan sahaja dilaksanakan penunaiannya terhadap beberapa perkara ibadah secara praktikalnya malahan mereka sewajarnya dapat menyelami segala kemanfaatan yang dipaparkan oleh Allah SWT menerusi rukun Islam yang kelima ini.

Kekuatan umat dapat dipaparkan:
l Dalam kesepaduan dan kesekataan apabila ia dijaga dan dipelihara dengan sebaiknya;
l Keteguhan prinsip dan ketenteraman perasaan apabila Al-Quran dipegang dan dihayati sewajarnya;
l Saling berkongsi harapan dan bekerjasama dalam meleraikan permasaalahan sesama ummat;
l Bersepakat di dalam mempertahankan diri daripada ancaman dan tipu daya musuh Islam ;
l Juga mengawal diri umat daripada dicela, dipijak dan ditertawakan oleh sebarang musuh yang sentiasa mencari jalan bagi melemahkan kekuatan dan keteguhan perpaduannya.

Sejarah umat Islam terdahulu yang amat panjang tidak pernah menyaksikan sebarang serangan musuh di dalam pelbagai situasi seperti yang dihadapi oleh mereka ketika ini. 

Seluruh kekuatan musuh dan taktik peperangan saraf dilancarkan oleh musuh Islam demi membantutkan keserlahan umat yang telah mengungguli dunia kemanusiaan. 

Justeru, bagi menghadapi ancaman musuh dan mempertahankan diri serta prinsip yang teguh, umat Islam perlu kembali kepada ajaran Islam yang sebenar, membuang segala kekalutan minda dan menjernihkan kembali perseteruan dan perbalahan sesama sendiri.

Kerana itu, peristiwa wuquf di Arafah setidak-tidaknya dapat mengembalikan nostalgia lalu, memaparkan bagaimana kesemua diri umat menuju kepada ajaran Allah SWT, patuh dan tunduk kepada-Nya dan arahan-Nya.

Di sanalah Baginda SAW memperingatkan umat supaya menjaga amanah yang amat besar lagi kudus ; amanah persaudaraan, amanah menegakkan hukum hakam agama Allah, mempraktikkan amalan bantu membantu, membuang segala perasaan keakuan dan negatif sesama sendiri.

Umat yang disifatkan sebagai "bangsa yang beriman kepada Allah, dilahirkan untuk kebaikan manusia sejagat, bersama menyuruh berbuat baik, bersama mencegah perbuatan kemungkaran". (ali-'Imran: 110) sepatutnyalah bertindak menyelami maksud hari Arafah dengan membentuk jiwa yang mantap, kesepaduan yang teguh, berpegang kepada al-Quran, melaksanakan suruhan dan menjauhi larangan berlandaskan syariat Ilahi, menegakkan hukum Allah di atas muka bumi.

PPSMI perlu dimansuh serta-merta - Dr. Isahak


PPSMI perlu dimansuh serta-merta - Dr. Isahak

KUALA LUMPUR 29 Okt. - Dasar Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) perlu dimansuhkan serta-merta tanpa menunggu sehingga 2015.

Pensyarah di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Prof. Datuk Emeritus Dr. Isahak Haron berkata, ia penting bagi mengelak proses transisi kepada dasar Memartabatkan Bahasa Malaysia, Memperkukuh Bahasa Inggeris (MBMMBI) mendatangkan masalah kepada pelajar.

Katanya, berdasarkan kajian yang telah dilakukan, seramai 14.4 juta pelajar dijangka akan berdepan dengan masalah sepanjang proses transisi dasar tersebut.

"Kajian itu juga menunjukkan sebanyak 70 peratus pelajar sekolah rendah ketika ini berdepan kesukaran untuk memahami pelajaran sains dan matematik yang diajar dalam bahasa Inggeris.

"Apa yang lebih membimbangkan, kebanyakan daripada pelajar itu pula terdiri daripada pelajar Melayu yang terdedah kepada kesan daripada sudut sosial kerana berdepan kesukaran dalam pendidikan," katanya.

Beliau berkata demikian ketika mengulas pembentangan kertas kerja bertajuk 'Memperkasakan Dan Memartabatkan Bahasa Melayu Dalam Sistem Pendidikan' pada Kongres Bahasa Dan Persuratan Melayu di sini hari ini.

Daripada kajian sama, tambah Isahak, 80 peratus pelajar sekolah rendah mendakwa mereka perlu merujuk kepada buku dan bahan rujukan dalam bahasa Melayu untuk memahami mata pelajaran itu.

Justeru beliau mencadangkan agar kerajaan menyediakan buku tambahan sains dan matematik dalam bahasa Melayu secara percuma bagi membantu meningkatkan pengetahuan pelajar dalam mata pelajaran itu.

"Ini kerana daripada jumlah itu pula, hanya 40 peratus sahaja yang mampu membeli buku dan bahan rujukan tersebut manakala selebihnya menghadapi masalah kekangan kewangan dan kebanyakan mereka ini terdiri daripada orang Melayu," jelasnya.

Pilihan kaedah pembelajaran boleh cetus kucar-kacir


Pilihan kaedah pembelajaran boleh cetus kucar-kacir

KUALA LUMPUR 29 Okt. - Memberi pilihan kepada ibu bapa untuk menentukan kaedah pembelajaran anak-anak mereka sama ada menggunakan bahasa Inggeris atau bahasa Melayu sukar dilaksanakan kerana ia boleh menimbulkan keadaan kucar-kacir dalam sistem pendidikan negara.

Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin menegaskan, langkah itu juga boleh mendatangkan masalah di peringkat Kementerian Pelajaran untuk merancang kaedah sesuai bagi memenuhi kehendak sekolah yang mahukan sistem pendidikan bahasa Inggeris dan sekolah yang sebaliknya.

"Perkara ini sebenarnya sudah kita perhalusi, teliti dan pertimbangkan di peringkat kementerian.

"Bukan kerajaan tidak memahami hasrat ibu bapa yang mahukan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka, tetapi kita mahu lihat pendekatan yang lebih sesuai dan itu yang sedang kita laksanakan ketika ini menerusi program Memartabat Bahasa Melayu dan Memperkasa Bahasa Inggeris (MBMMBI)," katanya selepas merasmikan Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu di sini hari ini.

Beliau berkata demikian sebagai reaksi kepada desakan beberapa pertubuhan bukan kerajaan (NGO) termasuk Persatuan Ibu Bapa Untuk Pendidikan Malaysia (Page) yang mahukan kerajaan memberi pilihan kepada ibu bapa menentukan sendiri kaedah pendidikan sains dan matematik bagi anak-anak mereka sama ada dalam bahasa Inggeris atau bahasa Melayu.

Muhyiddin menambah, keputusan kerajaan memansuhkan kaedah Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) wajar dihormati semua pihak kerana ia hadir dengan jaminan bahawa bahasa Inggeris tidak sesekali dipinggirkan dalam sistem pendidikan negara.

Sebagai contoh tegas beliau, kurikulum MBMMBI yang dilaksanakan tahun ini telah dirombak menjadi lebih menarik, tambahan masa pengajaran subjek Bahasa Inggeris dan membawa guru penutur bahasa Inggeris untuk memantau guru-guru tempatan.

"Saya percaya langkah-langkah yang diambil kerajaan ini akan membuahkan hasil dalam beberapa tempoh akan datang sebab adalah mustahil ia akan menunjukkan kejayaan dalam masa setahun dua," katanya.