Habibana Munzir Al-Mussawa Mengenai Tabaruk (Mengambil Berkah)
Saudaraku yg kumuliakan,
Rasul saw sendiri bertabarruk pada air liur muslimin, sebagaimana doa beliau mengobati orang yg sakit : “Dengan Nama Allah, demi tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, maka sembuhlah yg sakit dari kami” (shahih Bukhari)
Ucapan beliau saw : “Sebagian air liur dari kami” menunjukkan tabarruk beliau saw dg air liur orang mukmin, dan ketika Imam Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib ra diludahi wajahnya oleh seorang yg benci padanya, maka ia malah mengusapkan air ludah itu keseluruh wajahnya seraya berkata : “Air liur orang mukmin adalah keberkahan”.
Sabda Rasulullah saw : “keberkahan adalah ada pada ulama ulama kalian (Shahih Ibn Hibban hadits no.559)
Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar : bahwa kedatangan Nabi saw atas undangan orang yg minta beliau saw shalat dirumahnya untuk dijadikan musholla adalah Hujjah yg jelas atas bolehnya Tabarruk dg bekas bekas orang shalih, dan peringatan bagi mereka yg mengira bahwa hal hal itu adalah kemungkaran”. (Fathul baari Al masyhur Juz 1 hal 569)
Berkata A Hafidh Imam Syaukani mengenai sahabat yg menyimpan guntingan rambut Rasul saw : “dalam hal ini merupakan kebolehan bertabarruk dg rambut orang orang mulia, dan ini dalil pula akan suci nya rambut keturunan Adam (Aunul Ma’bud Juz 5 hal 317).
Berkata Al hafidh Imam Nawawi mengenai hadits ketika orang yg meminta Nabi saw datang kerumahnya untuk shalat dirumahnya agar ia jadikan tempat Rasul saw shalat dirumahnya itu musholla, bahwa “hadits ini merupakan dalil bolehnya tabarruk dg bekas bekas shalihin, dan bertabarruk dg kunjungan para ulama dan orang orang mulia, dan keberkahan pada mereka” Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 1 hal 244)
Dan memang merupakan kebiasaan muslimin mengambil berkah dari bekas bekas para shalihin, sebagaimana dahulu terdapat Musholla Abubakar shiddiq ra, Musholla Umar bin Khattab ra dll yg kemudian dihancurkan oleh wahaby.
Dan berkata para Imam dan Muhadditsin bahwa Rasul saw mengajari doa tidur dg membaca Mu’awwidzatain lalu meniup kedua telapak tangannya dan mengusapkannya keseluruh tubuh yg mudah dicapai tangan adalah bertabarruk dg nafas yg dilewati Alqur’an, demikian pula pengobatan sahabat dg membacakan surat Fatihah dan banyak contoh lagi.
Saudaraku, tak ada yg mengingkari ini kecuali mereka kelompok saudara saudara kita yg dangkal dalam pemahaman syariahnya namun berfatwa tanpa ilmu.
Demikian saudaraku yg kumuliakan,
Tiada ulasan:
Catat Ulasan