TOPIK

Aidil Fitri (1) Air Kolah (9) Akhir Zaman (3) Aktiviti Ilmiah (1) Al-Quran (4) Alam (13) Alam Ghaib (5) Aldil Fitri (1) Allah wujud tanpa bertempat (15) Amal Soleh (3) Anti Hadis (1) Aqidah (17) ASWJ (63) Bab Munakahat (4) Bab Sihir (3) Bab Tauhid (9) Bahasa Melayu (6) Bahaya Syiah (7) Bertabarruk (2) Bid'ah (8) Bidaah Hasanah (7) Bulan Ramadhan (18) Bulan Rejab (1) Bulan Zulhijjah (1) Cintai DIA (1) Cuti-Cuti Malaysia (89) Doa (1) Dosa Besar (1) Ekonomi Islam (5) Fadilat Al-Quran (4) Fiqh (3) Futuhul Ghaib (1) Futuhul Makkiyyah (3) guru (2) Guru Mursyid (6) Guru Tariqat (6) Hadis Dhaif (6) Hadis Maudhu' (1) Hadis Nabi (14) Hakikat (1) Hari Kemudian (1) Hotel Islam (1) Hukum Berkaitan Zikir (9) Ibadat Haji (6) Ibnu Taimiyyah (16) ilmu kebatinan (5) Ilmu Laduni (1) ilmu persilatan (2) Imam Malik (1) Insan Kamil (1) Israk Mikraj (10) Istanbul (17) Isu Halal (2) Isu Kalimah Allah (4) Isu Khilaf (25) Isu Khilafiah (29) Isu Semasa (4) Isu Wahhabi (97) Jalan-Jalan (128) Jihad Ekonomi (34) Jom Makan (16) Karamah (2) kebenaran (5) Kesultanan Melayu (7) Kewangan dan Perbankan Islam (1) Khatamun Nubuwwah (2) Kisah Mualaf (28) Kisah Nabi (2) Koleksi (2) Kosong (2) Kurma (1) Lagu (1) Lailatul Qadar (14) Makam Sultan (5) Makam Sultan/Raja Melayu (7) Makam Wali Allah (43) Makhluk Halus (1) Makrifat (1) Masjid (41) Masjid Lama (24) Masjid Utama (29) Maulidur Rasul (23) Mekah (2) Melayu (14) Merdeka (1) Misteri (10) motivasi (1) Mukasyafah (2) Mutasyabihat (7) Nabi Ibrahim A.S. (1) Nabi Khidir A.S. (14) Nabi Musa A.S. (1) Neraka (1) Nisfu Syaaban (17) nostalgia (1) Nur Muhammad (6) Nuzul Quran (3) Pahlawan Islam (2) Pahlawan Melayu (10) Pelancongan Tanah Tinggi (4) pengumuman (7) Penyakit (1) Perubatan Islam (2) Perubatan tradisional (1) Petua (2) Puasa Ramadhan (18) Puasa Sunat (2) Pulau Besar (18) Putrajaya (3) Rabitah (1) Rahmat Allah (1) Rawatan Islam (1) rekreasi (21) Rezeki (1) RSAW (11) Rumahku Syurgaku (4) Sajak (6) Sedekah (1) Sejarah Melayu (6) Selawat (7) Senibina Islam (8) Sifat 20 (2) Solat (8) Solat Sunat (9) Sumpah (1) Sunnah RSAW (9) Tamadun Islam (8) Tariqat (7) Tasawuf (23) Tawassul (5) Tulisanku (311) Ulamak Islam (7) Ulamak Nusantara (20) Ulamak Tanah Melayu (16) Universiti (3) Usahawan Muslim (9) Usuluddin (1) Wahhabi dan Keganasan (9) Wali Allah (50) Wali Melayu (22) Wali Songo (10) Youtube (1) Zakat (13) Zakat Fitrah (4)
Memaparkan catatan dengan label Nabi Khidir A.S.. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Nabi Khidir A.S.. Papar semua catatan

Ahad, 28 Mei 2017

BERTEMU RASULULLAH DAN NABI KHIDIR


BERTEMU RASULULLAH DAN NABI KHIDIR

Bisyr Al-Hafi (150-227 H) adalah seorang sufi yang tinggal di Baghdad. Beliau adalah ulama dan sufi yang cukup terkenal di zamannya. Dalam suatu kesempatan, beliau menceritakan pengalaman mimpinya bertemu Rasulullah SAW.

“Aku pernah bermimpi melihat Nabi Muhammad SAW. Beliau berkata kepadaku, “Wahai Bisyr, tahukan kamu mengapa Allah mengangkat derajatmu melebihi sahabat-sahabatmu?”

Aku lalu menjawab, “Aku tidak tahu, ya Rasulullah.”

Beliau menjawab, “Karena perbuatanmu yang mengikuti sunnahku, baktimu kepada orang-orang shaleh, saran baikmu kepada saudara-saudaramu, dan rasa cintamu kepada sahabat-sahabatku dan ahlu baitku. Itulah yang menjadikan sebab kamu sampai pada tingkatan orang-orang shaleh.”

Bisyr Al-Hafi memang dikenal sangat alim, rendah hati, sangat menghormati para guru-gurunya. Keshalehannya pun dikenal para sufi yang lain tak hanya dari cerita dari mulut ke mulut, dari ceramah atau kitab, tetapi juga dari pengalaman spiritual yang pernah dialami oleh sufi yang lain.

Seperti yang diceritakan oleh Bilal Al-Khawwash. Beliau menceritakan: “Aku pernah berada di Padang Sahara yang dihuni orang-orang Israil. Tiba-tiba, seorang lelaki muncul dan berjalan menemaniku. Aku heran, siapakah gerangan ini. Tidak berapa lama kemudian, aku diberi ilham bahwa laki-laki itu adalah Khidir a.s.

Aku pun segera beranjak menemui lelaki asing itu dan bertanya, “Demi kebenaran suatu kebenaran, siapakah kamu sebenarnya?”
“Aku Khidir, saudaramu!” jawabnya.
“Bagaimana pendapatmu tentang Imam Syafii rahimahullah?” tanyaku kemudian.
“Dia adalah termasuk pemelihara agama,” jawab Khidir.

“Bagaimana pendapatmu tentang Imam Ahmad bin Hanbal?”
“Dia seorang Shiddiq,” jawab Khidir.
“Dan bagaimana pendapatmu tentang Bisyr bin Harits Al-Hafi?” tanyaku lagi.
“Belum ada orang sepertinya sesudahnya kelak.”
“Apakah yang bisa menjadikan aku dapat bertemu denganmu, wahai Khidir?”
“Karena kebaikanmu kepada ibumu.”

( Dikutip dari Risalah Qusyairiyah )

Isnin, 24 Oktober 2011

Kisah Nabi Khidir A.S. Berumur Panjang

Kisah ini sudah ada dalam kisah2 yg hamba salin dan tampalkan dalam blog hamba cuma dlm versi yg lebih ringkas.

 

Bahwa Nabi Khidir itu berumur panjang dan masih hidup sampai sekarang masih diyakini sebagian besar kaum muslimin pada umumnya, khususnya umat muslimin Islam tradisional di Indonesia.Kisah-kisah tentang Nabi Khidir ii terus menarik perhatian semua orang karena keunikannya.

Berikut ini di tuturkan kisah asal mula Nabi Khidir bisa berumur panjang, walau semua itu tidak lepas dari kehendak Allah SWt.

Kisah ini diriwayatkan ole Ats-tsa labi dari imam Ali, yang bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang disebut The Great Alexander (Iskandar yang agung). Sebutan The Great Alexander kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang kaisar yang mampu menaklukkan dunia barat dan timur.Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada zamannya.Walau demikian, posisi ini tidak menjadikan beliau sombong, beliau adalah salah seorang raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Suatu ketika raja Iskandar Zulkarnain pada tahun 322 SM berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi (istilah ke tepi bumi ini disebut orang sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 pada saat itu anggapan orang bumi itu tidak bulat). Allah mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rafa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.

Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang dan raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada malaikat Rafa’il : “wahai malaikat Rafa’il ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit.” Malaikat Rafa’il berkata:”ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya. Ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya.” Mendengar keterangan ini Raja termenung. Dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti malaikat. Niatnya hanya satu agar dapat beribadah kepada Allah. Lalu malaikat Rafa’il berkata: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul hayat yang artinya sumber air hidup, maka barang siapa yang meminumnya seteguk,maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia memohon kepada Allah agar supaya dimatikan.”

Kemudian raja bertanya kepada malikat Rafa’il:” apakah kau tahu dimana tempat ainul hayat itu.” Malaikat rafa’il menjawab: “ Bahwa sesungguhnya Ainul hayat itu berada di bumi yang gelap.”Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rafa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan alim ulama pada zaman itu. Raja bertanya kepada mereka tentang Ainul hayat itu tetapi mereka menjawab: kita tidak tahu kabarnya, namun ada seorang yang alim di antara mereka menjawab :” sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap.” Dimanakah tempat bumi yang gelap itu ? Tanya raja. Dan dijawab, yaitu di tempat keluarnya matahari.

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya: “ kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap? Dan sahabat menjawab, yaitu kuda betina yang perawan. Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan, lalu raja memilih di antara tentaranya yang sebanyak 6000 orang dipilih yang cendekiawan dan yang ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya. Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan,bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.

Kemudian seorang yang sangat cendekiawan mencegah raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya berkata kepada raja. “ Wahai raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini karena tempat ini gelap dan berbahaya “. Raja berkata : “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak “. Kemudian raja hendak masuk, maka mereka semua membiarkannya siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani dunia barat dan dunia timur. Kemudian raja berkata kepada pasukannya : “ Diamlah, kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu maka kita pulang bersama, jika aku tidak datang selama 12 tahun maka pulanglah kembali ke negeri kalian.

Kemudian raja berkata kepada Malaikat Rifail : “ Apabila kita melewati tempat yang gelap ini apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ? “. “ Tidak bisa kelihatan “ , jawab Malaikat Rifail : “ Akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras dengan demikian maka teman-teman kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian” . 
 
Kemudian Raja Zulkarnain masuk ke tempat tersebut dengan didampingi oleh Nabi Khidir. Disaat mereka jalan Allah memberikan wahyu kepada Nabi khidir As, “ Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu “. Setelah Nabi Khidir menerima wahyu tersebut kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian “.

Lalu beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “ Ainul Hayat “ ( sumber air hidup ) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis dibanding madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain sedangkan raja tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Nabi Khidir As yaitu pada saat Nabi Khidir melihat Ainul Hayat dan mandi.

Raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdenganr oleh Raja suara gemericik di bawah kaki kuda. Kenudian Raja berkata kepada Malaikat Rafail “ Suara apakah yang gemerincing di bawah kaki kuda tersebut ? “, Malaikat Rafail menjawab : “ gemericik adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya niscaya ia akan menyesal juga. Suara gemericik itu membuat orang jadi penasaran namun semua orang ragu-ragu dalam mentukan sikapnya, mengambil benda itu atau tidak ?. Kemudian diantara pasukan ada yang mengambilnya namun hanya sedikit setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu ternyata bahwa benda tersebut adalah permata yakut berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau; maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya pasti lebih menyesal lagi kenapa mereka begitu bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.

Demikianlah kisah asal mula Nabi Khidir berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa As, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rosullullah SAW dan bahkan pernah berguru Ilmu Fiqih kepada Imam Anu Hanifah.

Sumber : Abu Khalid. MA

Jumaat, 12 Ogos 2011

Nabi Khidir A.S. - Jumhur Ulamak

sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir

Ikhwah, aku terbaca dalam sebuah posting geng anak Pak Wahab yang menyatakan bahawa menurut jumhur ulama Nabi Khidhir itu sudah wafat dan hanya golongan minoriti sahaja yang berpendapat bahawa Nabi Khidhir masih hidup. Sedangkan kenyataannya adalah sebaliknya kerana jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama`ah memfatwakan bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan hanya golongan minoriti sahaja yang mengatakan baginda telah wafat. Aku nukilkan di sini tulisan Imam an-Nawawi dalam "Syarah Muslim" juzuk ke - 15, mukasurat 135 - 136 pada Bab min Fadhail al-Khidhir s.a.w., beliau menyatakan:-
  • JUMHUR ULAMA berpendapat bahawasanya dia (yakni Sayyidina Khidhir) hayyun maujudun baina adzharina (hidup dan wujud di kalangan kita, yakni di masa kita ini) dan pendapat ini telah disepakati oleh para shufi dan ahlush sholah wal ma'rifah (orang-orang ahli kebajikan dan ma'rifah). Cerita-cerita mereka mengenai melihat dan bertemu dengan baginda dan mengambil pengajaran serta bersoal-jawab dengan baginda, dan kehadiran baginda di tempat-tempat yang mulia dan tempat-tempat kebajikan adalah terlalu banyak daripada boleh dihitung dan terlalu masyhur daripada boleh ditutup. Dan telah berkata asy-Syaikh Abu 'Umar bin ash-Sholah: "Dia (yakni Nabi Khidhir) hidup menurut jumhur ulama dan orang-orang sholeh dan orang awam adalah beserta mereka dalam pegangan ini". Dia juga berkata: "Bahawasanya adalah satu pandangan yang ganjil daripada sesetengah muhadditsin pada mengingkari hal ini (yakni sebahagian ahli hadits mengingkari bahawa Nabi Khidhir masih hidup).
Jadi Imam an-Nawawi dengan jelas menyatakan bahawa JUMHUR ULAMA berpegang dengan pendapat bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan belum mati lagi. Bagaimana rupa kehidupan baginda, Allah sahaja yang Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa. Hidup atau matinya baginda sekarang bukanlah perkara besar dan tidak harus dijadikan perbalahan sesama umat. Nak percaya baginda masih hidup, tidak ada masalah kerana itulah pendapat jumhur ulama dan yang nak percaya bahawa baginda telah wafat pun tidak menjadi masalah kerana sesetengah ulama dan ahli hadits berpendapat sedemikian seperti Imam al-Bukhari. Dan aku nak pesan kat sini agar sesiapa yang percaya jangan pulak mudah sangat men'claim' telah bertemu dengan Nabi Khidhir. Dalam bermu'amalah dengan manusia aku teringat kalam hikmah as-Sajjad Imam Ali Zainal 'Abidin di mana dia berpesan : "Anggaplah setiap orang yang engkau temui itu Nabi Khidhir". Sebenarnya hikmah kalam ini bertujuan untuk membaikkan budipekerti serta baik mu'amalah dan mujammalah sesama anak Adam. Allahu 'alam.

Nabi Khidir A.S. : Nabi, Rasul atau Wali Allah


sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir


Ikhwah Fadhilatul Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim dalam bukunya "Usul al-Wushul" mukasurat 165 - 166 menyatakan:-

  • Berkata Ibnul Jawzi, Ibnu Abi Ziyad, Abul Hasan ar-Rumaani, Muhammad bin Ishaq dan lainnya bahawasanya Nabi al-Khidhir adalah Nabi dan Rasul.
  • Dan dinaqal al-Qurthubi, Abu Hayyan, al-Baghawi, Ibnu 'Athiyyah dan ats-Tsa'labi dalam kitab-kitab tafsir mereka bahawasanya dia Nabi sahaja, dan mereka berkata bahawa inilah pegangan kebanyakan ahli ilmu dan inilah pandangan Sayyidina Ibnu 'Abbas dan sebahagian sahabat.
  • Adapun Abul Qaasim al-Qusyairi, Abu Bakar bin al-Anbaari, Abu 'Ali bin Abi Musa dan jumhur ahli sufi atas pendapat bahawa dia adalah Wali iaitu seorang hamba yang sholeh, sebagaimana dinash dalam al-Quran.
  • Dan dinaqalkan al-Maawardi bahawa dia adalah malaikat (yang berjasad dalam rupa bentuk manusia), akan tetapi al-Hafiz bin Abi Dihyah menyerahkan sahaja perkara ini dengan katanya: "Kami tidak mengetahui adakah baginda malaikat atau nabi atau hamba yang sholeh (yakni wali). Dan inilah pendapat jumhur ahli sufi.
  • Dan yang ashah ialah bahawasanya baginda adalah nabi, wa Allahu a'laam.

Selasa, 9 Ogos 2011

Lagi Kisah Mengenai Nabi Khidir A.S.

A062
Setelah mereka melampaui (tempat itu), berkatalah Nabi Musa kepada temannya: "Bawalah makan tengah hari kita sebenarnya kita telah mengalami penat lelah dalam perjalanan kita ini". (Al-Kahfi 18:62)

A063
Temannya berkata: "Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu; dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan; dan ikan itu telah menggelunsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan". (Al-Kahfi 18:63)

A064
Nabi Musa berkata: "Itulah yang kita kehendaki "; merekapun balik semula ke situ, dengan menurut jejak mereka. (Al-Kahfi 18:64)


Perjalanan menuju Allah perlu mempunyai bekalannya. Apa bekalannya? Amal-amal soleh, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, kemungkaran-kemungkaran yang kita cegah, sedekah jariah, ilmu-ilmu bermanfaat yang kita sebarkan dan wariskan, anak-anak soleh yang kita didik...

Sebelum pertemuan antara ilmu syariat dan ilmu hakikat itu kekadang menemukan kita dengan peristiwa-peristiwa pelilk, sama ada kita sedar atau tidak. Khususnya kepada mereka-mereka yang terpilih, maka peristiwa-peristiwa pelik itu menjadi seperti satu kelaziman dalam perjalanan mereka menuju Allah, dalam perjalanan mereka mencari guru mursyid, dalam perjalanan mereka mencari jalan ketuhanan.

Kekadang, kita tidak perasan akan peristiwa-peristiwa pelik ini. Maka sesudahnya berlaku peristiwa pelik itu, maka baru kita perasan, sedar. Maka berbaliklah kita kembali ke usul, punca, asbab peristiwa-peristiwa yang berlaku dalam perjalanan kita menuju Allah itu, dalam perjalanan kita mencari guru mursyid, guru hakikat itu.

Ilmu hakikat dan makrifat telah bersama kita semasa kita di alam kandungan mak-mak kita. Kita telah mengenal Allah semasa di alam kandungan mak-mak kita. Kita telah bersedia untuk memikul amanah di alam dunia, maka kita dihidupkan di dunia ini utk berjuang dan melihat sama ada kita masih ingat akan perjanjian kita. Sama ada kita masih ingat akan amanah yg akan kita pikul di dunia ini. Apabila kita lahir, ilmu ini telah hilang sedikit demi sedikit, telah terhijab sedikit demi sedikit sehingga kita lupa akan tujuan kita dilahirkan ke dunia ini. Dunia dan isi kandungannya telah menghijabkan kita. Kita kagum, asyik dan leka dengan dunia dan terlupa terlupa sbeenarnya negeri akhirat 1001 ganda jauh lebih hebat dari negeri dunia. Dosa kita menutupi hati kita dengan titik-titik hitam sedikit demi sedikit, yang akhirnya yang nampak hanyalah hati yang gelap, dan hati yang bersih itu terselindung di sebalik hati yang gelap.  Hati yang gelap tidak akan menenang dan mententeramkan kita tetapi menjilit kita dengan sifat-sifat terkeji.

Sekali-sekala, cahaya dari hati yang terang dan bersih itu tersirna dan zahir ke kalbu dan pemikiran kita. Kita tersedar bahawa kita melakukan kesilapan dan kesalahan. Bertaubatlah kita kepada Yang Maha Pengampun. Bersihkanlah hati kita kerana itulah tempat tilik Allah Taala pada kita...




Satu lagi posting berhubung NabiyUllah Khidhir a.s., mudah-mudahan dengan menyebut nama baginda a.s. dalam bulan yang mulia ini kita akan dapat keberkatannya. Kebetulan aku baru dapat sebuah buku karangan Allamah Syaikh Muhammad al-Jazri dengan jodol "al-Hisnul Hasin" ( الحصن الحصين ) yang diterjemah oleh Maulana Muhammad Rafeeq ibni Maulana Ahmed Hathurani dan diberi kata pengantar oleh Maulana Muhammad Taqi Usmani. Kitab asalnya memang aku kenali, tetapi aku tidak pernah memiliki dan mentelaahnya secara terperinci kerana aku merasakan bahawa ianya karangan berisikan doa dan zikir semata-mata. Rupa-rupanya tentang NabiyUllah Khidhir a.s. pun ada disebut pengarangnya pada halaman 228 di mana dinyatakan bahawa pada hari kewafatan Junjungan Nabi s.a.w., Nabi Khidhir a.s. telah menziarahi jenazah baginda yang mulia serta mengucapkan kata-kata takziah dan nasihat kepada para sahabat. Untuk lebih jelas, biar aku nukilkan semula apa yang disebut dalam buku itu, di bawah subtitle "Condolence of Sayyidona Khidr a.s.":-
According to the Hadeeth, the day Rasoolullah (Sallallaahu-alayhi-wasallam) passed away, a powerful-looking, beautiful and handsome man with a white beard came leaping across the necks of people till he reached where the sacred body of Rasoolullah (Sallallaahu-alayhi-wasallam) lay. He wept bitterly and turned towards the Sahabah (RA) and said the undermentioned words. Aboo Bakr (RA) and Ali (RA) said that he was Khidr (AS). The words are as follows:- "Surely, Allah alone grants patience in every misfortune and compensation for anything lost and substitute for anything destroyed. Return to Allah alone and flee towards Him only. In times of difficulty, His gaze is set on you (and He does not forsake you). Understand this because a genuinely unfortunate and miserable person is one who is not given any compensation for his misfortune."

Sebagaimana yang aku jelaskan dalam posting-posting terdahulu berhubungan, isu berterusan hayat NabiyUllah Khidhir sehingga masa ini adalah masalah khilafiyyah ulama. Jika ada ulama yang menafikan hayatnya sekarang, maka ada ulama lain yang mensabitkannya. Jadi tidak perlulah isu ini dijadikan punca perbalahan yang tidak berkesudahan, dan yang lebih parah lagi perbalahan yang membawa kepada kutuk-mengutuk dan keji-mengeji. Berhubung hadits mengenai ziarah dan takziah Nabi Khidhir ini, insya-Allah di lain posting aku akan nukilkan kalam ulama berhubung dengannya. Allahu a'laam.

Sabtu, 16 Julai 2011

Nabi Khidir A.S. - Syaikh Badi`uz-Zaman Sa`id an-Nursi

Assalamu'alaikum,

Hamba cuma nak komen tentang "Further, one of the spiritual degrees or stations which saints reach in their spiritual journeys is called the 'station of Khadr'. A saint who has attained this degree may meet Khadr and be directly instructed by him. Indeed, it sometimes even happens that one who holds this station is mistaken for Khadr himself."

Inilah antara makam yang ditujui dalam kalangan ulamak sufi. Dari mendapat perkhabaran dari Nabi Khidir A.S.  'secara ghaib' (rujuk kisah para Wali Allah), mereka mendapat perkhabaran, perintah secara zahir daripada Nabi Khidir A.S. Ini jelas dalam kisah Tokku Paloh contohnya (baca buku 7 Wali Melayu) yang dua kali didatangi oleh Nabi Khidir A.S.  Dikatakan sebahagian ulamak sufi, Nabi Khidir A.S. itu pakaian/cahayanya adalah 'hijau tua' manakala saudaranya Nabi Ilyas A.S. pula pakaian/cahayanya adalah hijau muda/pucuk pisang.



sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir


Kali ini aku nukil pulak tulisan Syaikh Badi`uz-Zaman Sa`id an-Nursi yang diterjemah dalam bahasa omputih di bawah jodol "The Letters", jilid 1, mukasurat 1 - 2. Buku ini kome boleh cari kat Saba Islamic Media.
  • First question:- Is Khadr (peace be upon him) still alive ? If so, why do some serious scholars reject his being alive ?
  • Answer:- He is still alive. But there are five degrees of life, of which Khadr has the second. It is because of this that those scholars have doubted his being alive.
  • ....The second degree of life is manifested in the lives of Khadr and Elijah. This second degree is to some certain extent free in that those who have it can be present in different places at the same time, and their life is not bound by the necessities that bind ordinary human life. Like us, they may eat and drink at times but, unlike us, they do not have to. The experiences that some godly persons who are able to discern the hidden truths have had with Khadr are enough to illuminate and prove this degree of life. Further, one of the spiritual degrees or stations which saints reach in their spiritual journeys is called the 'station of Khadr'. A saint who has attained this degree may meet Khadr and be directly instructed by him. Indeed, it sometimes even happens that one who holds this station is mistaken for Khadr himself.
Begitulah, ikhwah pandangan Syaikh Badi'uz-Zaman an-Nursi. Terpulanglah kepada kalian, nak terima sila, nak tolak gasak kome le, kan Syaikh an-Nursi tak maksum, sama jugak macam Syaikh Qardhawi dan Dr. Solah al-Khalidi.  

Khamis, 7 Julai 2011

Doa Nabi Khidir A.S.



Assalamu'alaikum,



Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelunsur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah. (Al-Kahfi 18:61)


Maka kekadang kita apabila sudah bertemu dengan guru mursyid, tidak dapat kita mengenal bahawa itulah guru mursyid untuk kita.  Maka terus berjalan kita dalam mencari guru musryid untuk kita sedangkan yang sudah ditemui itu tidak kita ketahui atau fahami itulah guru mursyid yang menjadi bahagian kita. Apatah lagi kalau kita ikatkan fahaman dengan guru mursyid itu mestilah terkenal, banyak pengikutnya, banyak pelik-pelik yang berlaku kepadanya, bertingkahlaku seperti sekian2...Bergurulah dengan guru mursyid anda sama ada beliau terkenal, banyak pengikut, banyak kelebihannya ataupun beliau itu hanya seorang tukang kasut (baca kisah Imam Ghazali r.a.). Anda ada bahagian anda dan mereka ada bahagian mereka. Janganlah sibuk mengkaji darjat guru anda tetapi bersyukurlah kepada Allah Taala atas bahagian yang diperuntukkan-NYA kepada anda walau siapa guru mursyid anda. Hatta guru murysid anda adalah penoreh getah, pekebun sayur, peniaga di pasar malam, pensyarah di universiti, ulamak terkenal, maka bersyukurlah di atas bahagian guru musryid anda yang diperuntukkan Allah Taala. Jika memang hebat guru murysid anda, jangan diperkecilkan guru mursyid orang lain, tetapi fahamilah maha bijaksana DIA dalam menetapkan sesuatu dan lihatlah maha tahu-NYA dalam memberikan seseorang itu rezeki dan bahagian masing-masing.

Maka kekadang kita apabila mempelajari ilmu hakikat, lupa kita akan ilmu syariat sedangkan ilmu syariat itulah bekalan untuk kita belajar ilmu hakikat. Terlupa kita ilmu syariat tanpa hakikat itu kosong dan hakikat tanpa syariat itu batal. Ataupun Imam Malik r.hm. berkata:  “Barangsiapa berfeqah (syariat) tanpa tasawuf (hakikat), maka ia jadi fasik. Barangsiapa bertasawuf (hakikat) tanpa feqah (syariat), maka ia jadi kafir zindik (kafir secara tidak sedar).”  Sedangkan syariat itulah hakikat dan hakikat itulah syariat bagi yang berjaya menyatukan kedua-duanya. Dengan syariatlah kita mempelajari dan menyelami hakikat dan dengan hakikatlah kita menzahirkan dan mencantikkan syariat. Maka bekalan ilmu syariat yang dibawa itulah yang jangan ditinggalkan sama sekali apabila mempelajari ilmu hakikat (baca kisah Sheikh Abdul Qadir Jailani r.a. diuji Iblis laknatullah). Sedangkan bekalan ilmu syariat itulah yang perlu disegarkan dan disepadukan dengan ilmu hakikat agar pertemuan dua laut itu 'membolehkan ikan itu kembali hidup dan masuk ke dalamnya'.

Maka dari beberapa kisah sufi yang mereka itu bertemu dengan Nabi Allah Khidir A.S., ada kisah-kisah pelik yang berlaku yang menyebabkan mereka tidak perasan bahawa orang itulah Nabi Allah Khidir A.S spt kiasan ikan yang mati itu hidup semula dan menggelunsur ke dalam laut di dalam ayat di atas. Kekadang dalam kisah-kisah sufi ada bekalan yang mereka bawa iaitu pesanan/ingatan guru mursyid tatkala mereka akan bertemu Nabi Khidir A.S. Akan tetapi pesanan/ingatan itulah mereka terlupa, maka apabila sudah tersedar, baru menyesal tak terkata kerana hanya sempat bertemu muka, kekadang bersalam pun tidak, kekadang bertegur sapa pun tidak, akibat alpa dengan bekalan (nasihat/ingatan) yang dibawa.

Apa yang si salik harus lakukan adalah mencari bagaimana bekalan ilmu syariat itu dapat 'diisi' dalam kerangka ilmu hakikat yang dipelajari dan menyepadukan ilmu hakikat itu dalam kerangka ilmu syariat. Sudah pasti ada ruang dan jalan di sini sebagaimana 'ikan itu yang menyelururi melalui lorong di bawah tanah'. Antaranya jika pada syariat masih mengharapkan pahala atas kebaikan, maka bagaimana mendapat pahala ini digandingkan dengan mencari keredhaan Ilahi. Bagaimana menggandingkan antara melakukan sesuatu atas dasar hamba dengan melakukan sesuatu lillahi taala. Bagaimana menggandingkan antara menurut perintah Allah Taala dan menjalankan perintah DIA semata-mata. Bagaimana menjadikan kenyataan solat kita, ibadat kita, hidup kita dan mati kita lillahi taala semata-mata. Akhirnya bagaimana menjadikan tujuan hidup di dunia ini lillahi taala semata-mata, tanpa tujuan dan matlamat lain. 

Wallahu'alam.

sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir

Syaikh Muhammad Amin Kurdi dalam "Tanwirul Qulub" pada halaman 422 menulis satu faedah seperti berikut:-
Imam as-Sayuthi telah menyebut dalam "Luqtul Marjaan" daripada Sayyidina Ibnu 'Abbas r.`anhuma sebagai berkata:-

  • "Nabi al-Khidhr dan Nabi Ilyas bertemu pada setiap tahun di musim haji dan mereka berdua berpisah atas kalimah-kalimah ini: "Dengan nama Allah, sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan melainkan Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tidak ada yang menolak kejahatan melainkan Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, setiap keni'matan adalah daripada Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan Allah". Ibnu 'Abbas berkata: "Sesiapa yang membaca doa ini ketika pagi dan petang sebanyak 3 kali, maka Allah akan mengamankan (yakni menyelamatkan) dia dari tenggelam (lemas), kebakaran, kecurian, dari (kejahatan) syaitan, penguasa, ular dan kala jengking."
Maka sewajarnya bagi seseorang murid untuk mengamalkan doa ini, kerana ianya akan menjadi sebab yang membawa kepada tawakkal.
Doa ini juga dinukil oleh Hujjatul Islam al-Ghazali dalam "Ihya` 'Ulumiddin" jilid 1 halaman 374 dengan sedikit perbezaan lafaz.

Tawakkal itu amatlah penting dalam kehidupan seseorang muslim. Walau bagaimana hebatnya kita, selaku hamba kita hendaklah sentiasa bertawakkal kepada Allah, sejak permulaan setiap sesuatu pekerjaan berkekalan sehingga mencapai tujuan atau sebaliknya. Allah pula menyukai orang-orang yang bertawakkal sebagaimana difirmankanNya dalam surah Ali 'Imraan ayat 159 yang kira-kira bererti: "Bahawasanya Allah ta`ala itu kasih akan orang-orang yang bertawakkal." Manakala dalam surah ath-Tholaaq ayat 3, Allah berfirman yang kira-kira bererti: "Dan sesiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah itu mencukupi baginya.

Isnin, 4 Julai 2011

Takziah Nabi Khidir A.S.

Assalamu'alaikum,



Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada temannya: "Aku tidak akan berhenti berjalan sehingga aku sampai di tempat pertemuan dua laut itu atau aku berjalan terus bertahun-tahun". (Al-Kahfi 18:60).

Ayat 60 ini merupakan ayat pertama yang menjelaskan tentang peristiwa Nabi Musa A.S. dengan Nabi Khidir A.S dalam surah Al-Kahfi.  Antara yang boleh dipelajari atau difikirkan atau dikaji  dari ayat ini adalah:-

1)Mengapa tempat tujunya (Nabi Musa A.S.) adalah 'di tempat pertemuan dua laut itu'....Apakah maksud dua laut itu, apakah maksud pertemuan dua laut itu. Dua laut 'mungkin' mengkiaskan tentang dua jenis ilmu, satu yg dimiliki oleh Nabi Musa A.S. dan satu lagi dimiliki oleh Nabi Khidir A.S. Apakah ilmunya? Kalau anda membaca huraian bab ini dalam kitab-kitab, ada yang mensyarahkan sebagai ilmu syariat yang dimiliki oleh Nabi Musa A.S. dan Ilmu hakikat yang dimiliki oleh Nabi Khidir A.S, hakikatnya kedua-dua ilmu dimiliki oleh Allah Taala jua.

2)Pertemuan dua laut 'mungkin' bermaksud bagaimana menyatukan kedua-dua aliran ilmu ini walaupun Al-Quran juga menjelaskan bahawa air dari dua lautan yang bertemu itu tidak bercampur dan bukti saintifik juga menunjukkan begitu. Umumnya, kita nampak air laut ini 'bersatu', hakikatnya 'tidak bersatu', maksudnya ada pecahan yang jelas antara ilmu syariat dan ilmu hakikat. Walaupun ada perbezaan, untuk hidup dalam alam dunia ini, kita seharusnya menyatukan kedua-dua lautan ini, kedua-dua ilmu ini kerana zahirnya ia tidak berpecah cuma terpisah.

3)Apa pula yang dimaksudkan dengan istilah aku berjalan terus bertahun-tahun? Baca kitab tafsir ada maksudnya.  Cuma bagi faham hamba yang masih mentah dalam ilmu hakikat ini, ia juga bermaksud seorang salik jangan berhenti dalam berjalan dalam mendalami ilmu hakikat walaupun lama masanya. Apatah lagi dalam ayat Al-Quran di atas, kisah sebelumnya yang diriwayatkan menunjukkan Nabi Musa A.S. ingin mencari seorang yang lebih berilmu daripada baginda sebagaimana 'diberitahu Allah Taala kepada baginda' .  Apatah lagi kalau dibawa pada diri, jika mendapat petunjuk dan hidayah Allah untuk mencari guru mursyid yang murabbi, yang ditunjuki Allah kepada kita (atau tidak ditunjuki sekalipun), maka jangan jemu, jangan malas, jangan layu, jangan putus ada untuk 'berjalan', berusaha, moga-moga niat dan hajat kita yang baik itu dimakbulkan Allah walaupun bertahun-tahun lamanya.  Dan yang penting juga adalah fokus/matlamat semasa berjalan, di mana Nabi Musa A.S. tidak akan berhenti selagi belum bertemu dengan apa yang dicarinya itu. Maknanya, tetapkan matlamat, kesampingkan tujuan lain, dan jangan berhenti mencari ilmu yang benar, ilmu yang diredhai Allah walaupun bertahun-tahun lamanya.

4)Mengapa berteman? Pada hamba yang jahil ini, kalau kita baca kisah2 sufi, kita tidak tahu kita terlepas suatu musibah atau bahaya atau malapetaka itu (seperti kisah 3 org dalam gua atau dua orang terdampar di suatu pulau) atas rahmat kepada siapa, kepada kitakah? atau kepada kawan kitakah? Dan kita tidak tahu limpahan rahmat Ilahi kepada kita itu berasbab pada kita, kawan kita atau orang lain. Jadi dalam mencari jalan dan menuntut ilmu hakikat, maka tidak rugi berkawan, ajak kawan turut serta. Moga2 ada rahmat dalam berkawan ini. Kalau tak ada kawan, ajaklah sang isteri sebagai kawan, kan lebih molek tu..:-)... Zahirnya juga dengan berkawan, apa-apa yang kita lupa, kawan tolong ingatkan, kita kurang faham, kawan tolong jelaskan dan fahamkan...camtulah...Apatah lagi kalau ajak isteri sama dalam berjalan menuju Allah, tak perlu nak kita cerita balik, ulas balik, sama-sama belajar, sama-sama memahami, sama-sama merasa, sama-sama berkongsi...:-)

Takat tulah dahulu....tak rugi baca artikel di bawah dalam mendepani mereka-mereka yang .....


sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir


Kisah takziah yang disampaikan oleh Nabi Khidhir AS kepada ahli keluarga dan sahabat-sahabat Junjungan Nabi SAW, bukanlah satu cerita rekaan semata-mata. Kisah tersebut mempunyai sumber asalnya daripada khazanah ilmu Islam, walaupun kesahihannya dipertikaikan. Imam al-Baihaqi rahimahUllah menyebutkan 2 hadits mursal yang membawa kisah takziah tersebut, dan beliau menyatakan:- "Kedua-dua sanad ini walaupun dho`if tetapi saling kuat menguatkan satu sama lain dan menjadi bukti bahawa kisah tersebut mempunyai asal (sumber) daripada hadits Ja'far". Perkataan Imam al-Baihaqi ini ese petik dari notakaki Syaikhul Azhar al-Imam ad-Duktur asy-Syaikh Abdul Halim Mahmud rahimahUllah pada tahqiq beliau bagi kitab "Lathaaiful Minan" halaman 97. Tuan-tuan juga bolehlah rujuk pada karya Imam al-Baihaqi yang masyhur "ad-Dalaailun Nubuwwah", nescaya akan berjumpa dengan riwayat kisah tersebut. Oleh itu, janganlah dihairankan sangat atau terus dikarutkan akan kisah takziah tersebut. Mungkin kita tidak pernah mendengarnya, tetapi apa yang kita tidak tahu tidak semestinya salah atau karut. Ilmu itu amat luas dan tiadalah ilmu itu terbatas kepada 4 orang sahaja, iaitu Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah, Bin Wahab dan Ibnul Qayyim pegangan segelintir puak. Jangan miskinkan umat ini daripada ilmu dan ulama.

Kita lihat kisah takziah tersebut yang dikisahkan oleh seorang ulama besar yang antara gurunya ialah Imam Ibnu Daqiqil 'Eid rahimahUllah. Beliau yang kumaksudkan adalah asy-Syaikh al-Imam al-`Allaamah al-Muhaqqiq al-Mutqin al-Hafiz al-Faqih al-Adib an-Nahwi Fathuddin Abul Fathi Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ya'muri ar-Rab`i al-Andalusi al-Mishri rahimahUllah. Beliau masyhur dengan gelaran Ibnu Sayyidin Naas, nisbah kepada datuknya yang ke-12 iaitu Imam Sayyidin Naas bin Abul Walid. Beliau ini dilahirkan pada bulan Dzul Qa`idah tahun 671H di Kaherah, Mesir dan dibesarkan dalam keluarga ulama. Ayahanda beliau adalah salah seorang ulama besar ketika itu. Selain belajar daripada ayahandanya, pada usia 4 tahun lagi, beliau dibawa ayahanda menghadiri pengajian-pengajian ilmu dan majlis-majlis dzikir. Sikap mencintai ilmu ini yang disemai sedari kecil menyebabkan beliau amat bersungguh-sungguh menuntut ilmu pengetahuan walaupun hadir sendirian walaupun usianya masih kecil. Keghairahannya menuntut ilmu menyebabkan beliau sanggup berpergian ke berbagai tempat demi mencari ilmu sehingga jumlah guru-gurunya hampir 1,000 orang ... Allahu ... Allah. Ibnu Sayyidin Naas menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti fiqh, hadits, sejarah dan bahasa.

Selain meninggalkan anak-anak murid yang ramai, Imam Ibnu Sayyidin Naas, turut meninggalkan berbagai karya, antaranya:-
  1. `Uyuun al-Atsar fi funuun al-maghaazi wasy-syamaail was-siyar;
  2. Nurul 'Uyuun fi Talkhish Siratil Amiinil Ma`muun SAW;
  3. Tahshilul Ishaabah fi Tafdhiil ash-Shahaabah;
  4. Busyral Labiib bi dzikril Habiib;
  5. Minahul Midah
  6. al-Maqaamaatul 'Aliyyah fil Karaamaatil Jaliyyah;
  7. an-Nafhusy Syadzi fi Syarhi Jaami`it Tirmidzi.
Imam al-Hafiz Ibnu Sayyidin Naas rahimahUllah kembali ke rahmatUllah pada pagi Sabtu 11 Sya'baan 734H. Telah melayati jenazah beliau oleh ramai manusia dan beliau dikebumikan di al-Qurafah di sebelah al-Hafiz Ibnu Abi Jamrah rahimahUllah. Moga Allah merahmati beliau, guru-guru beliau serta sekalian ulama dan sekalian umat Junjungan Nabi SAW.... al-Fatihah.

Maka kemudian daripada itu, tercatatlah dalam karya ulama ini yang berjodol "Nurul 'Uyuun fi Talkhish Siratil Amiinil Ma`muun SAW" halaman 133 sebagai berikut:-


.... Kemudian para sahabat mendengar satu suara dari arah pintu rumah Junjungan SAW berkata: "Jangan kamu mandikan dia, sesungguhnya dia suci dan disucikan. Kemudian mendengar pula mereka satu suara lain yang menyatakan: "Kamu mandikanlah baginda, sesungguhnya suara tadi adalah Iblis dan aku adalah al-Khidhir," dan dia memberikan ucapan takziah kepada mereka dengan katanya:- "Sesungguhnya pada Allahlah ketenangan atas setiap musibah (yakni carilah ketenangan/kesabaran tatkala menghadapi musibah dengan kembali kepada Allah), penggantian segala apa yang punah, pemerolehan segala apa yang luput, maka berpeganglah kamu dengan Allah dan hendaklah kamu berharap kepadaNya. Sesungguhnya yang mendapat musibah yang sebenar adalah orang yang ditegah daripada memperolehi pahala (yakni dia tidak mendapat pahala daripada musibahnya kerana dia tidak sabar atau redha tatkala mendapat musibah).
Allahu Allah, moga Allah jadikan kita insan bertaqwa yang sabar dan redha atas segala ujian, dugaan dan musibah. Moga dakwaan kita sebagai hamba Allah itu benar, bukan hamba yang berlagak tuan yang bebas merdeka mendurhakai tuannya.

Berkat Berbakti Kepada Ibu

 Assalamu'alaikum,

Ini selingan dalam bulan Syaaban yang dirahmati ini. Kisah Nabi Khidir A.S. memang penuh dengan misteri kerana baginda itu sendiri seorang yang penuh misteri. Hamba akan menyelitkan lagi kisah-kisah baginda yang hamba 'jumpa di internet' dengan menyatakan linknya.  Hamba kira banyak kisah tentang baginda A.S. ini dalam kitab-kitab lama, cuma menunggu masa untuk diketengahkan dalam dunia siber ini. Kisah dan Peristiwa Nabi Khidir A.S. dengan Nabi Musa A.S. dalam Al-Quran mempunyai banyak hikmah dan rahsia Allah Taala.  Antaranya ia mengandungi adab antara seorang anak murid dengan seorang guru mursyid yang murabbi lagi hakiki....fikir-fikirkanlah dan renung-renungkanlah...


sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/search/label/Khidhir


Kisah-kisah pertemuan seseorang, terutamanya kaum sholihin, dengan Nabi Khidhir 'alaihis salam banyak dikisahkan dalam karya-karya besar karangan tokoh-tokoh ulama Islam. Imam al-Qusyairi rahimahUllah tidak ketinggalan menulis kisah-kisah tersebut dalam karya-karya beliau. Antara yang dibawanya adalah sebuah kisah mengenai bagaimana pertemuan seorang lelaki saleh bernama Bilal al-Khawwash dengan Sayyidina Khidhir AS. Kisah ini tercatat pada halaman 405 dalam karya agung Imam al-Qusyairi yang berjodol "ar-Risalah al-Qusyairiyyah".


"... Aku telah mendengar Bilal al-Khawwash berkata: " Adalah satu waktu, ketika aku berada di padang Tih Bani Israil (yakni padang pasir tempat Bani Israil berkeliaran apabila terhalang memasuki bumi Palestin), tiba-tiba muncul seorang lelaki berjalan bersamaku. Kemunculannya secara tiba-tiba tersebut amat menghairankan aku, lalu aku diilhamkan bahawa lelaki tersebut adalah Nabi Khidhir AS. Aku pun bertanya kepadanya: "Demi Allah, siapakah engkau?" Baginda menjawab: "Saudaramu al-Khidhir." Maka aku berkata lagi kepadanya: "Aku mohon untuk bertanya kepadamu". Nabi Khidhir berkata: "Tanyalah". Maka aku bertanya: " Apa yang engkau kata mengenai Imam asy-Syafi`i rahimahUllah ta`ala?" Baginda menjawab: "Dia tergolong dalam kalangan wali awtad (yang menjadi pasaknya agama)." Aku bertanya lagi: " Bagaimana pula dengan Imam Ahmad bin Hanbal?" Baginda menjawab: "Dia seorang lelaki yang shiddiq." Aku bertanya lagi: " Bagaimana pula dengan Bisyr bin al-Harits al-Haafi?" Baginda menjawab: " Allah belum lagi mencipta seseorang seumpamanya setelah dia meninggal dunia. Kemudian aku bertanya lagi: "Apakah penyebabnya sehingga aku dapat bertemu denganmu?" Baginda menjawab: "Dengan sebab kebaktianmu kepada ibumu."
Allahu ... Allah, tidak dimungkiri lagi bahawa kedua orang tua kita, teristimewanya ibu, adalah manusia - manusia penting dalam kehidupan kita. Mereka itu adalah antara sebab bagi kebahagiaan kita dunia dan akhirat. Betapa tidak, jika Allah SWT memerintahkan kita agar sentiasa berbakti kepada mereka dan Junjungan Nabi SAW telah menggandengkan keredhaan Allah SWT dengan keredhaan mereka berdua. Sebahagian fuqaha` menghukumkan wajib bagi seseorang memutuskan sholat sunnatnya apabila ibunya memanggilnya berulang-ulang. Benarlah kata sebahagian bijakpandai bahawa ibubapa itu adalah seumpama wali-wali keramat bagi anak-anak mereka. Malang sekali jika kita mendurhakai mereka, baik sewaktu hayat mereka maupun setelah mereka berpulang ke rahmat Allah. Kita disuruh berbakti kepada mereka sewaktu mereka hidup di alam dunia, juga setelah mereka berpindah ke alam baqa. Ketaatan kepada mereka juga mempunyai andil besar dalam melancarkan perjalanan kerohanian seseorang untuk menuju keredhaan Allah dan ma'rifatUllah. Dengan berbakti kepada mereka, nescaya perjalanan yang dijalani seseorang akan dimudahkan Allah SWT dan menghasilkan kejayaan. Moga Allah menjadikan kita anak-anak yang sentiasa berbakti kepada dua ibubapa kita, ketika hayat mereka dan setelah kewafatan mereka.